Sunday, 4 April 2021

Kisah Sumayyah binti Khayyat

 Wanita Syahidah Pertama dalam Islam


Sumayyah binti Khayyat
adalah seorang hamba sahaya dari Abu Hudzaifah bin Mughirah. Posisi Sumayyah Yang hidup sebatangkara lagi serba kesulitan Apalagi, berada di bawah aturan-aturan yang berlaku zaman Jahiliyah.

Sumayyah menikah dengan Yasir, seorang pendatang miskin yang menetap di Mekkah. Untuk itu, dia berlindung pada Bani Makhzum. Seperti sang istri, Yasir pun hidup di bawah kekuasaan Abu Hudzaifah. Sehingga tak ada kabilah yang dapat membela, menolong, dan mencegah kezaliman atas dirinya.

Yasir dan Sumayyah ditengah-tengah kekurangannya, mereka lalui hidup bersama dengan tenteram. Dari pernikahannya itu lahirnya orang putra bernama Ammar dan Ubaidillah.

Disinilah sejarah besar di mulai, ketika Ammar bin Yasir hampir menjelang dewasa dan sempurna sebagai seorang laki-laki, beliau mendengar agama baru yang didakwahkan oleh Muhammad bin Abdullah. Lalu berpikirlah Ammar bin Yasir sebagaimana yang dipikirkan oleh penduduk Mekkah pada saat itu, sehingga dalam berpikirnnya itu, Ammar bin Yasir semakin yakin untuk memeluk agama Islam.

Lalu Ammar bin Yasir yang dalam merasakan lezatnya iman yang telah terpatri dalam jiwanya, kembali ke rumah untuk menceritakan kejadian yang dialaminya, sampai pertemuannya dengan Rasulullah SAW. Sesampainya dirumah ia ceritakan semua kejadian yang dialaminya sambil mengajak kepada kedua orang tuanya untuk mengikuti dakwah baru tersebut. 

Ternyata, Yasir dan Sumayyah menyahut dakwah yang penuh berkah tersebut, bahkan Yasir dan Sumayyah dengan berani dan penuh keyakinan mengumumkan keislamannya tersebut kepada Bani Makhzum. Dengan ikrar nya tersebut, Sumayyah pun menjadi orang ke 7 yang masuk agama Islam.

Bani Makhzum mengetahui hal itu, karena Sumayyah dan keluarganya tidak mengingkari bahwa mereka telah masuk agama Islam, bahkan mereka terang-terangan mengumumkan keislamannya itu, membuat orang-orang kafir menanggapinya dengan pertentangan dan permusuhan.

Bani Makhzum segera menangkap keluarga Sumayyah dan menyiksa mereka dengan berbagai macam siksaan agar mereka keluar dari agama yang mereka anut. Mereka memaksa dengan cara mengeluarkan mereka ke padang pasir ketika keadaannya sangat panas dan menyengat. 

Mereka membuang Sumayyah ke sebuah tempat dan menaburinya dengan pasir yang sangat panas, kemudian meletakkan di atas dadanya sebongkah batu yang berat. Akan tetapi, tiada terdengar rintihan atau pun ratapan, melainkan ucapan, “Ahad … Ahad …. Ahad”. Berulang-ulang kalimat tersebut diucapkan oleh Sumayyah binti Khayyat sebagaimana ucapan itu dilakukan pula oleh Yasir, Ammar, dan Ubaidillah.

Suatu ketika, Rasulullah SAW menyaksikan keluarga muslim tersebut yang tengah disiksa dengan kejam, maka beliau menengadahkan ke langit dan berdo’a: 

Sobron Ya Aala Yasir fainna mau’idakumul jannah. 

“Bersabarlah hai kalian keluarga Yasir. Karena sesungguhnya tempat kembali kalian adalah surga.” (HR. Al-Hakim dalam Mustadraknya 5646).

Sumayyah binti Khayyat mendengar seruan Rasulullah SAW itu, maka beliau bertambah tegar dan optimis. Dengan iman yang semakin terpatri dalam hati sanubari, membuat kalimat-kalimat itu terucap terus dari bibirnya: “Aku bersaksi bahwa engkau adalah Rasulullah dan aku bersaksi bahwa janjimu adalah benar.”

Begitulah, Sumayyah binti Khayyat yang telah merasakan kelezatan dan manisnya iman, sehingga bagi dirinya kematian hanya sesuatu yang kecil demi memperjuangkan keimanan dan keyakinannya. Hatinya telah dipenuhi kebesaran asma Allah SWT, maka dia menganggap kecil setiap siksaan yang dilakukan oleh para tagut yang zalim, mereka tidak kuasa menggeser keimanan dan keyakinannya, sekalipun hanya satu langkah semut. Sumayyah dan Yasir telah mematrikan dalam dirinya untuk bersama-sama meraih kesuksesan yang telah dijanjikan oleh Rasulullah SAW.

Ketika para tagut telah berputus asa mendengar ucapan yang senantiasa diulang-ulang oleh Sumayyah binti Khayyat, maka musuh Allah yang bernama Abu Jahal melampiaskan kemarahannya dengan menusukkan sangkur yang berada dalam genggamannya kepada Sumayyah. Maka terbanglah nyawa Sumayyah dari raganya yang beriman nan suci bersih. Seketika itu Sumayyah wafat sebagai wanita pertama yang syahidah dalam sejarah Islam.

Sumayyah gugur dengan memberikan contoh baik dan mulia bagi kita yaitu mempertahankan keimanan dan keyakinannya. Kisah Sumayyah pun mengajarkan kepada kita makna jihad yang sesungguhnya, itulah jihad yang dibenarkan oleh Allah SWT. Jihad bukanlah bom bunuh diri atau membabi-buta menembaki orang yang tak bersalah, tapi hakikat jihad yang sebenarnya adalah mempertahankan keimanan dan keyakinannya sampai tetes darah penghabisan. 

Semoga Allah meridhai Sumayyah binti Khayyath. 

Aamiin Ya Robbal'alain


Like Videonya: 
https://youtu.be/JoiJkLZjBn0





No comments:

Post a Comment

Soal Tema 2 IPS Kelas 6

SOAL UH/PTS/UAS TEMA 2  KELAS 6 SEMESTER I  Kompetensi Dasar IPS I. Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c atau d di depan jawaban yang...