Thursday, 22 April 2021

Kisah Tragis Tentara Bergajah Abrahah Sang Penghancur Ka'bah

 Kisah Tragis Tentara Bergajah Abrahah 
Sang Penghancur Ka'bah


Ada dua peristiwa besar yang terjadi di Makkah pada masa 'Abdul Mutthalib sebelum lahirnya Nabi Muhammad SAW.

Pertama, Peristiwa penggalian sumur zam-zam oleh Abdul Mutthalib dan putra sulungnya saat itu, atas dasar mimpinya agar segera menggali Thaibah atau zamzam. Dan Kedua, Peristiwa datangnya pasukan bergajah yang di pimpin oleh Abrahah, yang hendak menyerang Ka’bah.

Siapakah sebenarnya Abrahah itu? Abrahah pada mulanya ia adalah perwira dari komando Aryath di Habasyah yang sekarang dikenal dengan Ethiopia. Setelah mengalahkan Dzu Nuwas, Raja Dinasti Himyar. Lalu Aryath dinobatkan menjadi penguasa Yaman. Oleh karena sikapnya yang otoriter dan dianggap tidak adil, terjadilah pemberontakan yang dipimpin oleh Abrahah. Maka setelah kematian Aryath, Abrahah pun kemudian diangkat menjadi penguasa di Kota Yaman.

Setelah beberapa tahun diangkat menjadi penguasa di Yaman, muncul Keinginan Abrahah untuk menyerang dan menghancurkan Kabah di Mekkah. Alasannya adalah :

Pertama dari sektor agama: Abrahah tidak suka Ka’bah dijadikan sebagai kiblat bagi agama Islam. Lebih dari itu, Kabah seringkali dikunjungi untuk ibadah haji. Abrahah ingin mengubah kiblat keagamaan tersebut dari kota Mekkah ke Kota Yaman. 

Kedua dari sektor ekonomi: Sebagai pusat keagamaan, tentu saja Kota Mekah menjadi destinasi utama yang kerap dikunjungi oleh umat Islam dan tentu saja Mekkah akan menjadi pusat perdagangan dunia. Abrahah pun ingin mengubah pusat perdagangan tersebut ke Kota Yaman.

Dengan kedua alasan tersebut, kemudian Abrahah membangun tempat ibadah yang sangat megah di Kota Shan’a. Niat jelek ini didengar oleh seorang yang berasal dari Bani Kinanah. Maka secara diam-diam mereka mengendap-endap menerobos malam memasuki tempat ibadah tersebut, lalu dia lumuri kiblat mereka tersebut dengan kotoran. 

Hal inilah yang kemudian disinyalir menjadi alasan Abrahah ingin menghancurkan Ka’bah. Ketika mengetahui perbuatan tersebut, meledaklah amarah Abrahah dan serta merta mengerahkan pasukan besar berkekuatan 60.000 personil untuk menghancurkan Ka'bah. Abrahah juga memilih gajah paling besar sebagai tunggangannya. 

Mengetahui hal itu, Raja Habasyah, Najasyi pun tidak mau ketinggalan, dia pun mengirimkan pasukan dengan membawa 8 ekor gajah paling besar, mereka berencana untuk menghancurkan pilar-pilar Ka’bah dengan menggunakan rantai yang dipasang pada leher gajah.

Ada 9 ekor gajah besar dalam pasukan itu, yang memimpin terus berjalan hingga sampai di Al-Maghmas. Di Al-Maghmas inilah mereka memobilisasi pasukan, menyiagakan gajah dan bersiap-siap melakukan invasi ke Kota Mekkah.

Anehnya, baru saja mereka sampai di Wadi Mahsar (Lembah Mahsar) yang terletak antara Muzdalifah dan Mina, tiba-tiba gajah-gajah itu berhenti dan duduk. Setiap mereka perintahkan ke arah selatan, utara atau pun timur, gajah-gajah itu berlari, tetapi apabila mereka arahkan ke Ka'bah, gajah-gajah itu berhenti dan duduk. Gajah-gajah ini tidak mau lagi berjalan menuju Ka'bah, gajah-gajah ini tidak bisa dikendalikan oleh mereka.

Dilain pihak, Abdul Mutholib yang gagal melakukan diplomasi damai denga Abrahah hanya bisa pasrah atas segala kehendak yang akan terjadi terhadap Ka’bah dan Kota Mekkah tersebut, beliau tertunduk lesu, seraya berdo’a: “Ya Allah, ini adalah rumah-Mu, kami adalah pelayan-Mu, hanya berlindung kepada-Mu”.

Ketika kondisi Abdul Muthalib semakin sulit, beliau hanya pasrah berserah diri memohon pertolongan Allah sang pemilik Ka’bah. Terjadi peristiwa dahsyat diluar nalar manusia. Allah Ta'ala mengirimkan tentara-tentaranya berupa burung yang berbondong-bondong. Burung-burung itu seperti besi yang berkeluk atau (khathathif) dan kacang adas atau (balsan)

Setiap burung membawa 3 buah batu. 1 buah di paruhnya, dan 2 buah di kedua kakinya. Burung-burung itu melempari mereka dengan batu. Batu tersebut berasal dari tanah yang terbakar. Bila lemparan batu itu mengenai seseorang, maka anggota-anggota badan orang itu akan berkeping-keping dan hancur seperti daun-daun yang dimakan (ulat).

Tidak semua pasukan bergajah itu terkena lemparan. Ada pula yang kabur melarikan diri, tetapi mereka saling berdesakan satu sama lainnya sehingga banyak yang jatuh di jalan-jalan, dan binasa terkapar di berbagai tempat.

Lalu bagaimana dengan Abrahah? Nasib Abrahah tidak kalah teragisnya, Allah kirimkan kepadanya penyakit yang membuat sendi jari-jemari tangannya tanggal dan berjatuhan satu persatu. Sebelum dia mencapai Shan'a, dia tak ubahnya seperti seekor anak burung yang dadanya terbelah dari hatinya, untuk kemudian dia roboh dan tak bernyawa.

Kisah Abrahah ini diabadikan oleh Allah dalam Al-Qur’an Surah Al-Fiil (Gajah), surah ke-105 yang terdiri dari 5 ayat:

(1) Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah?
(2) Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Ka'bah) itu sia-sia?
(3) dan Dia mengirimkan kapada mereka burung yang berbondong-bondong
(4) yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar
(5) lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat).

Sedangkan situasi dan kondisi orang-orang Quraisy saat itu, mereka semua berpencar-pencar berlari ke lereng-lereng gunung, dan bertahan di bukit-bukitnya, karena merasa ngeri dan takut kejadian tragis yang menimpa pasukan Abrahah itu, akan menimpa mereka juga. Setelah pasukan bergajah itu luluh lantak akibat kejadian tragis dan mematikan itu, kemudian mereka turun dari gunung dan kembali ke rumah masing-masing dengan rasa penuh aman.

Peristiwa dahsyat tersebut terjadi di penghujung bulan Februari atau permulaan Maret tahun 571 Masehi. Bertepatan dengan bulan Muharram, 2 bulan atau (55 hari) sebelum kelahiran Nabi Muhammad SAW, yang lahir pada tanggal 12 rabi’ul awal. Untuk mengenang peristiwa dahsyat tersebut pun, maka tahun kelahiran nabi di sebut tahun gajah.

Demikianlah kisah heroik raja Abrahah beserta tentara bergajah kebanggaanya, yang hendak menyerang dan meruntuhkan Ka’bah. Berkat pertolongan Allah SWT hingga kini Ka’bah masih berdiri dengan tegak dan dapat digunakan oleh umat muslim seluruh dunia untuk melakukan ibadah Haji.

Sebuah pembelajaran dari sejarah ini untuk kita adalah betapa mudahnya Allah SWT menghancurkan kesombongan seseorang. Abrahah yang dengan sombongnya, tidak akan ada kekuatan apapun yang bisa mengalahkan pasukan gajahnya saat itu, dengan ambisinya akan meluluh lantahkan ka’bah di kota mekkah, harus hancur dengan kekuatan burung Ababil yang kecil, yang tak sebanding dengan kekuatan gajah. Sungguh sangat ironis menurut sudut pandang manusia, tetapi tidak menurut Allah yang Maha Kuasa dan Maha Berkehendak atas segala sesuatu.

Allah SWT yang semua makhluk, semua jagat raya beserta isinya tunduk dan patuh dalam perintah dan genggaman-Nya.

Wallahu A'lam

Tonton Videonya:


No comments:

Post a Comment

Soal Tema 2 IPS Kelas 6

SOAL UH/PTS/UAS TEMA 2  KELAS 6 SEMESTER I  Kompetensi Dasar IPS I. Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c atau d di depan jawaban yang...